Ahad, 30 April 2017

Pulang.

Ombak menderu,
Angin ikut berselang,
Temaram sudah menghiaskan,
Pantai sepi,
Hanya aku dan deruan ombak,

Aneh...

Jauh ku menjengah ke bukit,
Berjalan di lorong-lorong suram,
Menuntut mesra di kalangan pesta,
Keramaian yang tak ada malamnya,
Menari patuhkan irama pelangi,

Nyatanya...

Badai berlalu membawa aku kembali,
Sendirian tanpa kanan dan kiri,
Tanpa masa lalu malah rindu,
Di pantai sepi,
Temaram sedang menghiaskan,

Telah kedengaran oleh ku,
Nyanyian malaikat menyambut ku pulang.

Teriakan Tabuh.

Teriak tabuh subuh,
Menyapa leka ku,
Lantas bangkit ku dalam remang-remang,
Mata lesu seakan-akan tergenang,
Barangkali mimpi tadi punya kisah panjang,
Tentang semalam yang tabah dan suram,

Tapi tiada lagi arti,
Itu cuma tinggal kerinduan,
Itu cuma tinggal cerita yang tak terulang,
Itu cuma tinggal harapan untuk aku menjulang,

Menjulang diri ku di atas keperihan pendakian,
Menahan ketar-ketar tubuh ku menempuh kabut-kabut rayu,
Menguatkan berani ku menelusuri jalan gelap di tengah hutan tebal,

Biar sunyi, biar sepi,
Aku tak perlu hingar bingar pasar,
Tak usah kerumun,
Tak perlu bernyanyi,
Pecahkan saja cermin yang mengajuk wajahku,
Tiang-tiang kayu di tengah ruangan,
Tebang dan biar runtuh semuanya,

Atau...,
Usir saja semua mimpi lalu biarkan aku tempuhkan pula remang-remang ini demi menyahut teriakan tabuh,

Khamis, 27 April 2017

Kita Kembali.

Debu debu jalan di belakang,
Melayang berpusar di hadapan kita,
Sekian waktu direntang terang,
Bercahaya menyuluh alam terbentang,
Erat terpaut sepuluh jari berselang,
Antara aku dan kamu tak terkatakan,
Siapa mawar siapa mentari,
Siapa bintang siapa langit,
Yang kita tahu hanya jernih mata kasih,
Memayungi angkasa sukma tak ternampakkan,
Suara nurani tak terdengarkan,
Hingga debu pun datang menatang usia,
Loceng hayat ikut bergetar,
Baru kita tersedar tersentak mencari di mana kita berada,
Di tengah badai menghimpit dan berlalu,
Mujur debu itu tak membutakan kita,
Ia malah titik temu kelana kita,

Bukalah mata,
Kita telah kembali,
Untuk sebuah pertualangan baru,
Ke kampung sentosa,
Di sana ada teratak di bawahnya sungai sungai,
Telah terjalin segala cinta tanpa rahsia tanpa angan,
Tiada lagi noktah mahupun selamanya,
Yang ada sudah cukup bagi kita,
Kerana yang ada itu adalah yang kekal,
Sebagaimana matahari bersinar bersendirian,
Menghidupkan suara hati sebelum lembayung menjelma,
Sebelum melabuh tirai cerita,

Hentikan santun yang terbungkam,
Tiada malam kan sanggup kelam,
Tenggelam diam karam menerkam,
Berdiri bersemi sunyi digari,
Fitrah resam pengembara menolak tunduk,
Pedoman perantau melangkahi sempadan,
Nukilan punjangga memujuk hati luka,
Kalam mesti persis sepertinya,
Atau kita sedia tertimbus dalam liang berbeza,
Meniti titian itu tanpa kita bersama,
Sedang tangan kita sesaat terpaut,
Setelah akal kita tak pernah di sini,
Memikirkan tentang di mana kita,
Yang hilang.....

Rabu, 19 April 2017

Terik Tadi Siang

Tiada yang lebih hangat,
Selain terik tadi siang menyengat,
Korban kisah lalu tersimpan semat,
Dalam gundah pilu rayu disiat,

Jika begitu arti sahabat,
Biar lidah merasa tentang pahit kelat,
Demi kudrat rayu memiliki diresap amanat,
Terik menusuk seluruh hayat,

Tiada yang lebih sanggup,
Selain malam ini nanti menyingkap,
Tentang hening kamar tak bertingkap,
Dasarnya terlahir ke dunia sunyi senyap,

Jika begitu arti ketenangan,
Biar renung ditelan angan,
Menanti tiada menolak sedu sedan,
Hening malam memeluk bungkamnya kesantunan.....