Isnin, 30 November 2015

Subjektif 3

Suara angin mengilai,
Melintasi telinga ku,
Hilang mata ku di kala hiba yang membisik,
Karam ke dalam genang air mata yang terpancar dek getaran hati mengikut rentak pilu nya esak tangis mereka,
Seluruh tubuh ku ternyata tiada upaya nya meski selama hidup ku di bawah langit terang,
Semua di sini hanya mampu melaung kalimat kepedulian,
Tapi diam beralasan 'masa nya belum tiba'
Serta 'janji Tuhan itu pasti'

Maaf kan aku saudara,
Karna terpaksa berdiam,
Supaya jangan pula saudara menyangka aku tak punya keperdulian akan kesengsaraan saudara sekeluarga,
Lebih duka yang akan mengguris jika aku cuma berpura-pura kelihatan perduli dan setelah nya nanti kembali beralih kepada sesuatu yang beruntung kan dunia untuk diperdulikan,

Saudara ku yang teraniaya,
Kisah kekuatan saudara sekeluarga telah menghadirkan kecekalan dalam diri ku yang sering mati sebelum membuka mata,
Layu sementara masih belum berkembang pula,
Kuat kan lah hati mu saudara ku,
Penderitaan kita adalah sama persisnya,
Cuma saudara nampak penderitaan yang datang,
Sementara penderitaan yang mengenai ku  tidak pula berjisim,
Hanya hati yang tiba-tiba nya terasa pedih kerana terguris luka oleh orang di sini juga,
Dipijak dan diperbodohkan oleh tetangga yang gila kuasa, tamak,

Semoga dapat lah saudara mengerti seperti mana aku mulai mengerti yang hidup ini cukup sekadar berjuang untuk bertahan serta tanggungjawab ke atas setiap yang kita telah hasilkan. Juga menjejak kebenaran supaya perjalana kita lurus dan terang benderang,

Doa dan harapan ku semoga kesejahteraan kembali ke dakapan saudara,
Semoga Allah S.W.T meredhai.


Tiada ulasan:

Catat Ulasan