Selasa, 5 Julai 2011

Dongak ke Langit

Aku beranggapan siang ini pasti sedikit dingin apabila langit nampaknya berhias dengan awan-awan mendung yang menebal dan menggelap, menutupi sinaran garang matahari ketika ia membakar kepuasan-kepuasan manusia bila ia kejam. Bila hari ini aku menatapi langit yang seakan-akan untuk hari ini boleh merehatkan aku dari kepanasan yang memedihkan itu namun , aku terpaksa meratapi masa-masa lalu yang penuh pengharapan bila pada masa-masa  itu aku mengira bahawa bila langit sebegitu rupanya maka siang ini aku akan berasa dingin , tiada lagi kepanasan matahari yang membakar dan suasana redup , leka mata ini memandang tenangnya suasana redup dengan pancaran mentari yang sekadar menyinari alam semesta,

Ketika itu, aku beranggapan bahawa awan-awan mendung itu hanya sekadar menghadang dan meredupkan. Aku merasa terlalu gembira sehingga aku lupa , awan-awan tersebut membawa bersamanya petir,hujan lebat dan ribut yang kuat , lalu bila ia pula menggarang maka itulah bencana bila aku terlalu ingin merasa redup dengan berharap pada awan mendung yang nyata menebal dan bakal memusnahkan sedangkan aku lupa akan matahari yang sebelum itu menyinari dan menerangi sekalian hidup ku....

Aku beranggapan matahari akan kembali, akan tetapi bencana tadi masih tiada hentinya , aku merasa keliru apakah perlu aku menyesali walau kekesalan telah melanda segenap hatiku , segalanya memang sudah terhalang untuk berpatah kembali apabila aku tersasul menyusul hanyut dalam aliran kebanjiran yang di dalamnya  terdapat berjuta kerosakan jiwa. , aku kesal dengan pendirian ku..

Kini , aku hanya mendongak ke langit sambil meratapi di atas sejuta kekesalan sambil berharap matahari akan  terus bersinar kembali sambil awan-awan tidak lagi memberi bencana...

Tiada ulasan:

Catat Ulasan