Tulang empat kerat ,
Ku perhati keratan-keratan tulang itu,
Ia biasa namun kekuatannya luar biasa,
Bergerak tanpa henti semua keratan itu,
Daging-daging teguh membalutinya,
Bersamanya ialah sepasang pakaian lusuh,
Basah dek keringat-keringat sejati.
Tulang empat kerat,
Ku perhati keratan-keratan tulang itu,
Tampak lembut tapi sememangnya ia keras,
Kembung-kempis dadanya menyerap kelelahan,
Tetapi tulang itu tetap tegar menurut perintah hatinya,
Tiadalah apa yang menjadi sandaran,
Selain niat suci yang dia perjuangkan.
Tulang empat kerat,
Ku masih perhati keratan-keratan tulang itu,
Kini ku lihat tubuh yang tegapnya dengan sejuta impian dan angan,
Berdiri bongkok bersama keringat yang melenjun,
Menarik nafas sepuas hatinya,
Mungkin kerja hari ini sudah dia habiskan walau tenaganya sudah lama habis,
Entah kuasa sakti apa yang merasuk ke dalam nya sehingga tiada sedikit lelah tampak di wajahnya yang terbakar.
Kini tulang empat kerat itu pula memerhatikan aku ,
Lalu ia pergi berjalan dari tempat itu ,
Ke arah dua sosok lemah tak berupaya yang kelihatannya sedang menunggu,
Dia mengusap-ngusap rambut mereka sambil mencium dahi keduanya,
Sebelum tadi dua sosok itu telah menyambut tangan si tulang empat kerat itu sambil mencium tangannya,
Lalu mereka pergi bergandingan dan tampak benar oleh ku akan kebahagiaan daripada mereka ,
Walau hitam tapak tapak kaki mereka namun langkah-langkah mereka sedikit pun tidak seperti yang aku sangka,
Mereka tetap tampak bahagia.
Melihat dua sosok itu,
Barulah ku sedar....
Akan kuasa yang kuperhatikan tadi....
Tiada ulasan:
Catat Ulasan